Tingginya intensitas penggunaan gawai dapat memperluas risiko terkena gejala neuropati terhadap masyarakat produktif dan dapat berisiko fatal apabila tidak ditangani segera dengan benar. Secara kontinyu, kami mendorong masyarakat agar selalu waspada dengan risiko neuropati melalui deteksi dini dan konsumsi rutin vitamin neurotropik," ungkap Anie Rachmayani di Jakarta, Rabu (27/3/2019). Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI Pusat, Dr Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), menjelaskan, aktivitas dengan gerakan berulang dapat menjadi faktor risiko neuropati, termasuk penggunaan gawai terlalu lama. "Pencegahan dan pengobatan dini neuropati sangat penting untuk dilakukan mengingat kerusakan saraf akan bersifat irreversible apabila kehilangan serabut saraf diatas 50 persen," papar dr Luthy. "Ketika saraf tepi mengalami kerusakan maka akan muncul gejala-gejala seperti kesemutan, kebas, kram, dan kelemahan otot yang disebut dengan neuropati," tutup dr Luthy.
Source: Suara Pembaruan March 27, 2019 08:37 UTC