Yang lebih mengkhawatirkan, mayoritas penderita berada di usia produktif, rentang usia yang seharusnya menjadi pilar ekonomi dan sosial kota ini. Soalnya, mereka jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, karena mereka tidak menyadari kalau mereka tertular HIV/AIDS. Jika masih ada warga Kota Surabaya yang mengidap HIV/AIDS tidak terdeteksi, maka penyebaran HIV/AIDS di Kota Surabaya akan terus terjadi secara diam-diam sebagai silent disaster (bencana terselubung) karena kelak penyebaran HIV/AIDS akan bermuara pada 'ledakan AIDS.' Ketika 1 bayi terdeteksi mengidap HIV/AIDS, maka sudah ada 3 kasus HIV/AIDS, yaitu bayi, ibu yang melahirkan bayi terseut dan ayah si bayi atau suami ibu yang melahirkan bayi tersebut. Celakanya, tidak sedikit laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu sehingga jika suami mengidap HIV/AIDS, maka kian banyak istri yang berisiko tertular HIV/AIDS.
Source: Jawa Pos November 23, 2024 07:15 UTC