Berangkat dari pengalaman ini, saya merasa ada sedikit kemiripan dalam posisi saya sebagai orang tua dan Gibran sebagai seorang pemimpin muda. Sebagai "ayah imajiner," saya membayangkan duduk berhadapan dengan Gibran, memberikan nasehat dengan penuh cinta, harapan besar, tetapi juga kritik yang jujur. Narasi Imajiner Percakapan dengan GibranMalam itu, dalam imajinasi saya, kami duduk bersama di sebuah ruangan kecil yang sederhana namun hangat. Di antara kami ada dua cangkir kopi---kopi hitam tanpa gula untukku, 1 cangkir lagi memakai gula, minuman sederhana yang sering menjadi teman diskusi serius. "Mas Gibran," saya memulai dengan nada pelan namun penuh arti, "Anda sudah melewati badai besar dalam perjalanan Anda ke titik ini.
Source: Kompas November 23, 2024 13:03 UTC