Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Titik Purwati Widowati mengatakan, teknologi yang dipamerkan adalah Batik Analyzer yakni suatu alat dengan teknologi artificial intelligence yang dapat mendeteksi keaslian kain bermotif batik. “Inovasi ini berawal dari kesulitan masyarakat membedakan kain batik dan tiruan yang beredar di pasaran, khususnya membanjirnya produk impor tiruan batik atau printing dengan harga yang sangat murah,” ujarnya. Dengan Batik Analyzer, masyarakat umum akan mudah membedakan mana batik dan mana tekstil dengan aplikasi yang bisa diunduh. Namun ia berharap tradisi batik bisa dijaga di sepanjang masa meski teknologi terus berubah. Sehingga lomba seperti kreasi batik itu perlu dilakukan dengan tetap ada canting dan malam, jadi tanpa menghilangkan definisi batik,” katanya.
Source: Suara Pembaruan October 10, 2019 08:03 UTC