Melihat hal ini, perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, merilis analisis ancaman terbarunya bagi Indonesia untuk membidik risiko yang ada, secara online dan offline. Kemudian, bagaimana bisnis, individu, dan lembaga pemerintah dapat memerangi kejahatan siber ini sambil merangkul tren digital seperti WFA. Secara keseluruhan, sebesar 25,2 persen dari pengguna terserang ancaman online yang bersumber dari situs di periode ini. Adapun eksploitasi kerentanan di peramban, plugin (unduh dengan drive), dan rekayasa sosial atau social engineering masih merupakan metode utama bagi pelaku kejahatan siber untuk menembus sistem secara berbahaya. Di sisi lain, peningkatan serangan siber menjadikan banyaknya celah bagi pelaku kejahatan siber untuk membobol keamanan perangkat,” jelasYeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, dikutip Rabu (3/8).
Source: Jawa Pos August 03, 2022 21:36 UTC