“Transformasi digital perlu dilakukan untuk menyelamatkan masa depan organisasi dan membuatnya tetap relevan bagi para audiensnya,” katanya. Saat disrupsi digital terjadi, keduanya juga dinilai mampu menyesuaikan diri menjadi media digital. Berbeda dengan masa Orde Baru, katanya, di era digital, media sosial, media daring dan platform digital raksasa menjadi stakeholder baru yang muncul. Lantaran pada saat itu kondisi media cetak masih kuat, maka usulan itu tidak diterima karena “model bisnis yang belum jelas.”“Baru pada 2019 Tempo melakukan rapat kerja dengan fokus pada transformasi digital,” katanya. Dampaknya, “jurnalis madya dan jurnalis baru terkadang bingung melihat digitalisasi itu.”Tantangan lain adalah adanya perbedaan kultur antargenerasi jurnalis, yakni jurnalis yang merupakan digital migrant dengan jurnalis yang merupakan digital natives.
Source: Koran Tempo August 02, 2024 17:11 UTC