Beberapa tahun lalu, kalimat pembenaran atas perilaku virtual warganet kerap muncul atau melintas di pelbagai platform media sosial. Kekerasan verbal sontak menjadi pilihan sebagai obat untuk mendinginkan panas hati, yakni dengan mengumpat dan mencaci pemain. Dunia siber sebagai kota virtual yang bisa ditempati atau didiami oleh siapa saja menjadi rentan kekerasan dan rawan vandalisme. Kampung virtual, seperti permainan video (video game), menyuguhkan kekerasan virtual. Adegan kekerasan menjadi sesuatu yang lazim dipertunjukkan, tidak peduli pada pukul berapa adegan kekerasan itu ditayangkan.
Source: Kompas June 30, 2024 08:58 UTC