JawaPos.com – Peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di depan Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan menarik pehatian publik. Ismail juga menuturkan, semakin banyaknya perangkat instrumental (peraturan) dan institusional (kelembagaan) penanganan ekstremisme-kekerasan oleh negara juga tida menjamin terorisme hilang. Karena itu, meski di tengah konsentrasi tinggi pemerintah dalam penanganan dampak pandemi, perhatian pada penanganan ekstremisme-kekerasan tetap tidak boleh berkurang. Penerimaan atas kebinekaan merupakan prediktor utama bagi keberhasilan penanganan ekstremisme kekerasan dan bagi penguatan kebhinekaan,” pungkas Ismail. Sebagaimana diketahui ledakan akibat bom bunuh diri terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, pada Minggu (28/3) sekitar pukul 10.30 WIB.
Source: Jawa Pos March 28, 2021 12:33 UTC